Kenali Tanda dan Penyebab Tersering Infertilitas
Dr. Bayu Aji Nugroho, SpOG, MH
Menurut WHO, definisi Infertilitas adalah gangguan reproduksi pria maupun wanita yang mengakibatkan gagalnya mencapai kehamilan setelah 12 bulan atau lebih berhubungan suami istri secara teratur tanpa pengaman. Gangguan ini dialami oleh kurang lebih 8-12% pasangan di dunia, dimana rasio penyebab dari wanita maupun pria sama besarnya. Wanita dianggap memiliki gangguan kesuburan apabila tidak kunjung hamil dalam kurun waktu satu tahun, atau enam bulan bagi wanita berusia di atas 35 tahun. Selain itu, wanita yang tidak mampu mempertahankan kehamilannya (keguguran) secara berulang juga bisa dikatakan infertil. Sementara pada pria, gangguan kesuburan bergantung dari kuantitas dan kualitas sperma yang dihasilkan.
Gejala infertilitas pada wanita sangat bervariasi dan bergantung pada penyebabnya. Beberapa gejala yang bisa menandakan wanita tidak subur adalah kerap mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, jumlah darah menstruasi terlalu sedikit/ terlalu banyak/ terlalu lama. Siklus menstruasi yang normal berkisar 21-35 hari, dengan lama menstruasi 3-7 hari. Selain itu gejala nyeri tidak tertahankan saat haid, nyeri panggul, nyeri saat berkemih dan nyeri saat berhubungan badan juga patut diwaspadai.
Infertilitas pada wanita paling sering disebabkan oleh gangguan proses pelepasan sel telur dari indung telur atau yang dikenal dengan proses ovulasi. Bila tidak ada proses ovulasi, berarti tidak ada sel telur yang bisa dibuahi oleh sperma. Di samping itu ada sejumlah kondisi kesehatan lain yang bisa meningkatkan risiko infertilitas pada perempuan:
Ketidakseimbangan hormon kewanitaan.
Kelainan baik bawaan atau yang didapat ketika dewasa pada organ reproduksi wanita
Infeksi saluran reproduksi yang dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual, infeksi saluran kemih atau pencernaan yang merambat ke reproduksi. Infeksi ini dapat menyebabkan kelainan baik secara struktur maupun fungsional dari organ reproduksi.
Riwayat memiliki tumor pada organ reproduksi, baik yang jinak maupun ganas.
Pengaruh usia memiliki andil dari segi kualitas maupun kuantitas sel telur yang diproduksi. Kualitas cenderung menurun ketika seorang wanita mencapai usia di atas 35 tahun. Itulah sebabnya perempuan di atas usia ini cenderung mengalami infertilitas, keguguran, atau melahirkan bayi dengan kelainan bawaan.
Masalah pada berat badan. Kondisi tubuh yang terlalu gemuk dan terlalu kurus bisa membuat wanita lebih rentan mengalami gangguan kesuburan.
Memiliki gaya hidup tidak sehat seperti terlalu sering mengonsumsi junkfood, merokok alkohol dan obat-obatan tertentu juga menurunkan kualitas sel telur.
Jika Anda mengalami gejala serta termasuk dalam kategori rentan sesuai faktor risiko seperti yang telah disebutkan, ada baiknya segera berkonsultasi pada dokter untuk mengetahui secara pasti diagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat sasaran.
Sementara itu pada pria, gejala gangguan kesuburan dapat dilihat ketika ada permasalahan fungsi seksual seperti tidak mampu ejakulasi dengan baik. Selain itu, ketidaknormalan pada penis atau buah zakar juga sering dikaitkan dengan infertilitas. Semua kelainan dan gangguan tersebut akan menyebabkan pria menghasilkan sperma yang jumlahnya sedikit dan tidak berkualitas. Penyebab infertilitas pada pria umumnya disebabkan oleh gangguan hormon, fisik, serta psikologis.
Kelainan hormon. Terlalu rendahnya hormon tiroid, FSH, LH, serta terlalu tingginya hormon prolaktin dan adrenal mengakibatkan jumlah sperma sedikit dan tidak berkualitas.
Kelainan genetik dan imunologi
Kelainan organ kemih dan reproduksi.
Infeksi saluran kemih dan reproduksi.
Disfungsi seksual contohnya tidak bisa ejakulasi dan ejakulasi dini, serta ganguan saat ereksi
Masalah pada berat badan. Kondisi tubuh yang terlalu gemuk biasanya memiliki kelainan pada struktur organ reproduksi maupun hormon.
Memiliki gaya hidup tidak sehat seperti terlalu sering mengonsumsi junkfood, merokok alkohol dan obat-obatan tertentu. Pengaruh lingkungan seperti terpapar radiasi, insektisida, pestisida dan fungisida juga menurunkan kuantitas dan kualitas sel sperma.
Pemeriksaan untuk menentukan ketidaksuburan pada pria selain pemeriksaan fisik, dokter biasanya juga akan menganalisis sperma. Sampel air mani diperiksa minimal dua kali dengan rentang minimal satu minggu. Air mani yang normal akan memiliki volume minimal 2 ml, warna putih keruh, pH 7,2 -7,8, kekentalan cukup. Dari pemeriksaan mikroskop juga dinilai apakah sperma yang dikandung dalam mani jumlahnya cukup, bentuknya normal, pergerakannya aktif dan tidak memiliki kelainan genetik yang lain.
Setelah pasien dan dokter mengetahui masalah dari ketidaksuburan yang dialami, dokter akan merencanakan pengobatan yang sesuai dengan penyebab. Pengobatan gangguan kesuburan pada wanita dan pria dapat dibedakan menajdi pengobatan yang non-invasif dan invasif. Pengobatan noninvasif meliputi konseling gaya hidup sehat, tracking siklus ovulasi, dan induksi ovulasi. Selain itu, program donor sperma juga bisa menjadi pilihan pengobatan noninvasif jika disetujui oleh pasien.Untuk pengobatan invasif pada wanita dan pria contohnya adalah pembedahan organ yang memiliki kelainan, prosedur bayi tabung dan inseminasi buatan.
Referensi:
World Health Organization (WHO). 2020. Infertility. [Internet]. WHO Publishing: 2020 September. Available From: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infertility
Walker, M. Tobler, K. 2021. Female Infertility. [Internet]. STATPEARLS Publishing: 2021 January. Available From: https://www.statpearls.com/ArticleLibrary/viewarticle/23502
Leslie, SW. et al. 2021. Male Infertility. [Internet]. STATPEARLS Publishing: 2021 February. Available From: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562258/