Ketuban Pecah Dini
Dr.Bayu Aji Nugroho, SpOG, MH
Ketuban pecah dini merupakan kondisi pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum onset kontraksi uterus. Bila selaput ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu, kejadian ini disebut sebagai ketuban pecah dini preterm. Ketuban pecah dini terjadi pada 8-10% dari semua kehamilan, sementara ketuban pecah dini preterm terjadi pada 1-3% dari seluruh kehamilan. Konsekuensi maternal yang paling signifikan yaitu infeksi intrauterin, yang risikonya meningkat seiring dengan durasi ketuban pecah dini. Konsekuensi pada neonatus berupa prematuritas, penyakit neonatal jangka pendek (sepsis neonatal, pneumonia neonatal,dll.), dan disabilitas jangka panjang (cerebral palsy, kebutaan, dan ketulian).
Ketuban pecah dini dapat terjadi akibat berbagai faktor yang memicu kelemahan selaput ketuban. Hal ini dapat terjadi akibat peningkatan sitokin lokal, ketidakseimbangan interaksi antara metaloproteinase matriks dan inhibitor jaringan metaloproteinase matriks, peningkatan kolagenase dan aktivitas protease, dan faktor lain yang dapat meningkatkan tekanan intrauterin.
Selaput ketuban secara fisiologis melemah di akhir masa kehamilan karena perubahan-perubahan biokimiawi yang meliputi remodelisasi matriks ekstraseluler dan apoptosis. Namun, kelemahan dini dapat terjadi akibat kolagen yang defektif, infeksi, atau proses inflamasi lain. Inflamasi akut berkaitan dengan peningkatan enzim proteolitik dan aktivasi sitokin, yang kemudian memicu pemecahan matriks. Perdarahan di awal kehamilan juga dapat memicu kaskade inflamasi dan menyebabkan kelemahan selaput ketuban. Peregangan mekanik selaput ketuban juga dapat menyebabkan berkurangnya integritas selaput ketuban, misalnya pada kehamilan kembar dan polihidramnion.
Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik. Dasar diagnosis diperoleh dari visualisasi genangan cairan di serviks posterior. Beberapa tes tersedia untuk memastikan bahwa cairan tersebut adalah cairan amnion, di antaranya yaitu tes ferning yang memeriksa cairan vaginal yang dikeringkan di bawah mikroskop, tes Nitrazin atau keasaman cairan vaginal, dan penggunaan strip deteksi cairan amnion bila genangan cairan tidak ditemukan.
Tatalaksana ketuban pecah dini ditentukan berdasarkan usia kehamilannya. Pada ibu hamil early term dan aterm (usia kehamilan 37 0/7 minggu atau lebih), perlu dilakukan persalinan dengan profilaksis Streptococcus Grup B sesuai indikasi. Pada kehamilan late preterm (usia kehamilan 34 0/7-36 6/7 minggu), tatalaksana sama dengan early term dan aterm. Pada kehamilan preterm (usia kehamilan 24 0/7-33 6/7 minggu), dilakukan tatalaksana ekspektan, antibiotik latensi, pemberian kortikosteroid dosis tunggal, dan profilaksis GBS sesuai indikasi. Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu, dilakukan konseling, tatalaksana ekspektan atau induksi persalinan, antibiotik dapat dipertimbangkan mulai dari usia kehamilan 20 0/7 minggu, profilaksis GBS/kortikosteroid/tokolisis/magnesium sulfat tidak direkomendasikan sebelum viabel.
DAFTAR PUSTAKA
Dayal S, Pl H. Premature Rupture Of Membranes. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. p. 5–8.
Pulei AN, Shatry A, Kariuki N. Preterm Prelabor : Rupture of Membranes. In: The Continuous Textbook of Women’s Medicine Series - Obstetrics Module Volume 10 : Common Obstetric Conditions. 2020. p. 1–31.
Zhuang L, Li Z-K, Zhu Y-F, Ju R, Hua S-D, Yu C-Z, et al. The Correlation Between Prelabour Rupture of the Membranes and Neonatal Infectious Diseases, and the Evaluation of Guideline Implementation in China: A Multi-centre Prospective Cohort Study. Lancet Reg Heal - West Pacific. 2020;3:1–10.
Shazly SA, Ahmed IA, Radwan AA, Abd-Elkariem AY, El-Dien NB, Ragab EY, et al. Middle-East OBGYN Graduate Education (MOGGE) Foundation Practice Guidelines: Prelabor Rupture of Membranes; Practice Guideline No. 01-O-19. J Glob Health. 2020;10(1):1–17.